Selasa, 30 Juni 2015

Menuju Korea Selatan


Harapan dan impianku untuk menginjakkan kaki di Korea Selatan akan segera terwujud. Tiket PP Jakarta - Seoul dengan maskapai AirAsia telah ditangan melalui pembelian promo di tahun 2014 lalu. Visa Korea Selatan pun sudah kudapatkan dengan proses yang terbilang lancar, walau ada sedikit rasa deg-degan selama menanti persetujuan dari Kedutaan Besar Korea Selatan. 

Menjelang hari keberangkatan, terjadi musibah yang sangat tidak terduga.
Kakak sepupu yang sangat baik dan kusayang mengalami kecelakaan dua hari menjelang keberangkatanku ke Korea Selatan. Motor yang ditumpanginya bersama dengan suaminya menyenggol badan truk dan terseret sekitar 5 meter. Sejak kecelakaan, kondisinya koma dan tidak satupun keluarga yang diperkenankan untuk menjenguk. Keluarga baru bisa masuk kalau ada perkembangan, itu pun keluarga inti.

Kabar yang lebih mengejutkan, tepat di hari keberangkatanku ke Korea, kakakku menghembuskan nafas terakhirnya pukul lima pagi. Perasaanku campur aduk. Sempat terpikir untuk batal berangkat, tapi mamah bilang agar aku tetap berangkat saja. Akhirnya, kuputuskan untuk tetap berangkat. Itu pun setelah jenazah kakakku dibawa ke Serang untuk dimakamkan. Jadi aku masih sempat untuk mengurus beberapa hal di rumah duka. Setelah solat zuhur, jenazah kakakku langsung dibawa ke Serang. Aku tidak ikut mengantar dan langsung kembali ke rumah untuk persiapan. 

barang yang kubawa selama di Korea Selatan
cukup di satu ransel ukuran 30L (dan masih sisa banyak space kosong)

Beruntungnya, aku sudah packing jauh-jauh hari sehingga tidak butuh waktu lama untuk persiapan berangkat. Jadi aku kembali ke rumah hanya untuk mandi dan berganti baju. Padahal, biasanya aku selalu packing di menit-menit terakhir menjelang keberangkatan. Sekitar pukul 13.00 aku sudah berada di damri Kp. Rambutan untuk menuju bandara. Di bus damri, aku berpikir ulang, tentang kebetulan yang terjadi terkait musibah yang kualami.

Sebulan sebelum keberangkatan, jadwal pesawatku ke KL yang sebelumnya pukul 4 sore diubah menjadi pukul 6 sore. Awalnya aku sempat kecewa dengan pergantian jadwal tersebut karena waktu transit menjadi lebih singkat. Namun ternyata, baru kusadari Tuhan masih menyayangiku. Aku masih dapat berjumpa dengan kakakku dan mengurus beberapa hal di rumah duka sebelum berangkat. Coba kalau penerbangannya masih jam 4 sore, aku pasti berangkat dari rumah lebih awal dan ada kemungkinan tidak sempat bertemu kakakku.

Saat sampai di bandara pukul 15.00, ada kabar duka kalau ayah dari rekan kerjaku meninggal di hari yang sama dengan kakakku. Rekan seperjalanku ke Korea pun pergi untuk melayat terlebih dahulu sebelum berangkat ke bandara. Sepertinya masih ada waktu untuk menunggu rekanku sampai jam check in tiba. Kami tidak pakai bagasi, sehingga asumsiku, proses check in akan lebih cepat dan mudah.

Perasaanku mulai menjadi tidak enak ketika rekan seperjalananku mengabarkan kalau dia masih di depok untuk mencari bus ke bandara. Saat itu pukul 15.30. Dengan perkiraan dua jam perjalanan dari depok ke bandara, dia akan tiba sekitar pukul 17.30. Padahal untuk penerbangan internasional perlu check in satu jam sebelum keberangkatan. Aaaargh.. rasa panik pun melanda. Tapi aku tetap berdoa agar dia bisa sampai sebelum waktu check in ditutup.

Pukul 16.00, rekanku mengabari lagi kalau akhirnya dia naik taksi karena bisa lebih cepat sampai ke bandara. Fiuh, aku bisa sedikit bernapas lega. Tapi ya belum lega sepenuhnya, bisa saja kena macet di tol. Semoga yang kutakutkan tidak terjadi. Aku pun menanti dengan sabar di resto fastfood di lobi terminal 3 karena belum makan dari pagi. Setiap ada taksi yang berhenti di depan resto, aku berharap dia yang keluar. Semakin mendekati pukul 17.00, belum nampak juga sosok rekanku itu. 

Pukul 17.10, jantungku mulai berdetak lebih cepat. Rekanku bilang kalau dia bakal telat sampai bandara. Aku diminta untuk check in duluan dan menanyakan ke customer service terkait kemungkinan reschedule jadwal penerbangan dia. Oke.. sepertinya aku harus bersiap untuk bikin plan B, yaitu aku pergi ke KL tanpa dia kalau dia telat check in. Aku check in via online karena berasumsi kalau check in di counter akan antri lama. Prosesnya mudah dan cepat. Setelah dapat kode barcode untuk print boarding pas, aku pun menuju customer service. 

Aku mengabari perihal musibah yang dialami rekanku, sehingga ada kemungkinan dia telat untuk check in ke petugas customer service. Info dari mas petugas customer service yang ganteng dan punya senyum manis tapi aku lupa namanya, rekanku mesti lapor sendiri ke counter desk kalau telat, dan ga bisa diwakilkan olehku. Yah, jadi pesimis deh bisa satu pesawat sama dia. Setelah benar-benar memastikan kalau tidak bisa kuwakilkan, akhirnya aku menuju ke immigration desk. Sebelum itu, aku mesti print boarding pass di mesin serupa mesin ATM yang letaknya tepat di depan pintu masuk customer service. Karena baru pertama kali dan masih deg-degan akibat kemungkinan batal berangkat bareng, aku gagal terus untuk proses scan barcode. Akhirnya balik ke customer service lagi untuk minta bantuan buat cetak boarding pass. Aku dibantu oleh pak Porman (kalau ga salah inget nama), sepertinya beliau petugas kebersihan di ruang customer service. Aku diminta untuk mengulang proses yang telah kulakukan untuk mencari tau sebab kegagalan scan barcode. Ternyataaaa... barcode di HP-ku itu ukurannya mini bin mungil, jadi ya jelas aja gak terdetect si mesin scanner. Mestinya, si barcode di zoom dulu biar bisa di scan. Hahaha.. stupid me.. bagus sih, gegara itu rasa deg-deganku sedikit berkurang.

Setelah berhasil cetak 2 boarding pass (satu untuk JKT-KL, satu untuk KL-ICN), aku menuju immigration desk. Semua proses lancar tanpa hambatan. Pukul 17.20 aku sudah duduk manis di ruang tunggu sembari mencharger baterai HP yang sudah drop. Iseng mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tunggu, ternyata ada sepasang traveler yang sedang isi air minum. Langsung deh aku ikutan isi tumbler yang kosong melompong. Keren yah di terminal 3, ada keran air minum gratis. Semoga gak cuma di terminal 3 aja adanya. 


Pukul 17.30, aku menghubungi rekanku via aplikasi whatsapp untuk mengetahui keberadaannya, pesanku terkirim tapi belum dibaca. Langsung deh saat itu juga kepikiran plan B, dimana aku mikir cara untuk survive di KL tanpa dia, karena kemungkinan dia ikut penerbangan selanjutnya. Pukul 17.45, ada seseorang yang berteriak ke arahku dan ternyata itu rekanku.. Yeaaaay.. Alhamdulillah bahagianyaaa, bisa satu pesawat juga deh sama rekanku.

Anti klimaksnya, pukul 17.50 ada pengumuman kalau penerbangan kita tertunda 20 menit karena pesawat yang dari Simgapura terlambat. HUAAAAAHH.. langsung deh aku dan rekanku teriak-teriak tanpa peduli orang sekitar. Karena pesawat delay, aku masih sempat solat magrib dulu sebelum take off. Kalau lagi di perjalanan gini, berdoanya wajib lebih khusyuk kalau mau dilancarkan dan dimudahkan (eh semua hal juga gitu yah, kalau mau lancar dan mudah ya banyak berdoa).

Di pesawat, aku duduk sebelahan sama seorang ibu yang juga mau jalan-jalan ke Korea Selatan. Sepanjang perjalanan JKT-KL, cerita mengalir lancar mulai dari pengalaman travelling sampai masalah pentingnya pendidikan anak. Ihh.. si ibu keren bingit lah pokoknya. Sampai-sampai rekanku yang awalnya beda kursi, langsung merapat ke sebelah kami karena kursi disampingku kosong. Karena asik cerita, perjalanan ke Kuala Lumpur terasa singkat. Aku gak sempet tidur.

Pesawat tiba di Kuala Lumpur jam 21.30, langsung ke imigrasi karena rekanku belum print boarding pass. Setelah boarding pass ditangan, tujuan berikutnya adalah cari tempat solat karena aku belum isya dan rekanku mau jamak solat magrib-isya. Hal yang membuatku berkesan adalah, musolla pria dan wanita terpisah, terus ruangannya bersih nan nyaman untuk solat. Aku saja sempat membetulkan jilbab dan pakai parfum biar gak keliatan kucel tetap wangi dan cakep *ihiiiy*. Sepanjang perjalanan menuju ruang tunggu, berjejer toko yang menjual manisan dan cokelat... Godaan berat, soalnya aku paling suka cokelat. Namun, aku ga punya ringgit jadi hasrat beli cokelat bisa ditahan. Transit di Kuala Lumpur sekitar tiga jam, karena pesawat KL-ICN berangkat jam 01.00. Masih sempat untuk tidur sebentar dan mencharge baterai HP. Selama perjalanan KL-ICN, aku kurang beruntung karena duduk di tengah dan diapit para ahjussi Korea yang berbadan besar. Sempiiiit.. Akhirnya, aku memilih untuk tidur karena gak bisa juga ngobrol dengan rekan di samping kiri-kananku. Setelah menempuh perjalanan tujuh jam yang melelahkan, akhirnya tiba juga di Incheon.


 Yeaaaay.. Aku udah gak sabar untuk menjelajahi salah satu negara di bucket list-ku ini. Rasa lelah di pesawat pun terbayar saat kakiku melangkah keluar dari immigration desk bandara Incheon. 

0 comments:

Posting Komentar

Playlist