Kamis, 20 Agustus 2015

Korea Day 5 : Mengenal Hanok Village dan Insadong


Pagi hari yang mendung dan sedikit gerimis, mewarnai hari kelimaku di negeri ginseng. Di luar hostel, angin berhembus cukup kencang. Aku buru-buru menuju stasiun subway untuk menghindari serbuan angin. Di dalam stasiun, udaranya cukup hangat. Lokasi pertama yang dituju adalah Everland, taman hiburan terbesar di Korea. Letaknya ada di luar kota Seoul.
gerbang everland
Lagi-lagi, aku menggunakan subway untuk menuju ke luar kota Seoul. Peta subway bisa dilihat disini.

EverLine
Kali ini pun, aku masih mengandalkan rekanku untuk membaca peta subway. Aku benar-benar payah kalau berurusan dengan peta. Yang aku tahu, ada kereta khusus di jalur Everline, yaitu kereta yang hanya terdiri dari satu gerbong dan dikendalikan secara otomatis. Kereta ini tiba setiap 6 menit (9 menit di hari libur). Untuk naik kereta ini, harus turun di stasiun Giheung. Nah, kalau mau ke Everland, turun di stasiun terakhir, yaitu stasiun Jeondae Everland.

pemandangan dari stasiun Jeondae
Berhubung aku berkunjung di hari kerja, kereta tidak terisi penuh. Mayoritas pengguna kereta ini adalah para mahasiswa, karena sepanjang jalur Everline terdapat beberapa universitas, seperti: Kangnam University, Yongin University, Myongji University, dan Songdam College.

lokasi shuttle bus ke Everland
Dari stasiun Jeondae Everland, aku menuju ke terminal bus untuk mencari shuttle bus GRATIS ke Everland. Jarak dari stasiun ke terminal sebenarnya tidak terlalu jauh. Terminal ada di seberang stasiun. Namun, karena angin bertiup kencang dan membawa udara dingin ikut serta, rasanya jauh banget terminalnya. Rekanku bilang, dari blog yang dia baca, bus-nya berwarna kuning cerah. Berdasarkan informasi itu, aku dan rekanku berkeliling terminal mencari bus berwarna kuning cerah. Di bayanganku, seluruh badan bus pastilah berwarna kuning ngejreng, macam warna stabilo. Namun, setelah berkeliling, tidak satu pun bus yang terlihat berwarna kuning cerah. Ada kuning loreng-loreng, ternyata bus pariwisata. Ada kuning dengan motif macan dan jerapah, ternyata tour bus.

Aku dan rekanku celingukan ke segala arah mencari shuttle bus dimaksud. Beberapa orang Ahjussi yang sedang membersihkan bus hanya memperhatikan aku dari jauh. Akhirnya, setelah lelah keliling terminal melawan angin musim semi yang super dingin, aku memberanikan diri menghampiri seorang Ahjussi yang berada tak jauh dari tempatku berdiri. Aku bertanya padanya tentang shuttle bus ke Everland. Dan si Ahjussi bilang "geogi kkeutnass-eo" sembari menunjuk ke arah bangunan kayu di dekat. Sepertinya aku paham perkataan Ahjussi, aku sudah seringkali mendengar kalimat itu di drama korea yang kutonton. Saat aku melihat ke arah yang dimaksud Ahjussi, aku melihat bus berwarna PUTIH dengan atap warna ORANGE.. ulangi.. PUTIH dan ORANGE.. dan tidak ada unsur KUNING CERAH sama sekali.
shuttle bus ke Everland
kondisi di dalam shuttle bus
Setelah mengucapkan terima kasih dalam bahasa Korea, aku pun langsung menuju bus dimaksud dan ternyata itu bus yang benar. Bus berwarna PUTIH ORANGE itu adalah shuttle bus ke Everland. Dan lokasinya dekat sekali dengan pintu masuk terminal. Berada di sebuah bangunan semi permanen bertekstur kayu dan dekat sekali dengan toilet umum. Jam operasionalnya dari pukul 05.30 sampai dengan 23.30.

Pagi itu, penumpang bus hanya 4 orang, aku dan rekanku, serta dua orang lainnya. Kondisi bus-nya bagus dan lega. Sepertinya, sih, memang dirancang untuk menampung banyak orang saat peak season. Shuttle bus Everland mengantar penumpang ke dua lokasi, yaitu Everland dan Carribean Bay.

Setibanya di Everland, ternyata sudah banyak rombongan anak sekolahan. Sepertinya mereka sedang mengikuti study tour dari sekolah. Terlihat para guru sibuk mendata siswa-nya dan membacakan aturan-aturan, sedangkan siswa-nya tampak kurang antusias mendengarkan dan hanya saling bercanda atau mengobrol satu sama lain.

Eonni Everland
Ada beragam wahana di Everland. Rasanya, kalau berkunjung kesana, sehari pun kurang. Karena pertunjukan berlangsung dari pagi hari hingga tengah malam. Tiket masuknya sebesar 40000 won. Cukup mahal buatku. Sehingga aku memutuskan hanya sampai pintu gerbangnya saja.Kunjungan kali ini ke Everland hanya sebagai acuan kalau suatu saat kembali lagi ke Korea, aku sudah mengetahui cara menuju ke Everland. Sebagai bonusnya, aku berfoto bareng Eonni-Eonni cantik yang bertugas di area shuttle bus. Mereka ramah-ramah dan ceria. Setiap pengunjung yang baru turun dari shuttle bus akan disambut oleh tarian dan nyanyian oleh mereka.

Sst.. jangan berisik
 Dari Everland, tujuan berikutnya adalah Bukchon Hanok Village, destinasi utama di hari kelimaku. Bukchon Hanok Village merupakan salah satu warisan budaya yang dijaga keasliannya. Isinya sih rumah-rumah tradisional korea yang pemeliharaannya ditanggung oleh Pemerintah Korea. Beragam kegiatan seni dan budaya berlangsung di area tersebut. Awalnya, kupikir itu hanya bangunan tradisional yang ditujukan untuk pariwisata, ternyata aku salah. Rumah-rumah tersebut ada pemiliknya dan ada penghuninya. Rupanya diwariskan turun temurun dari generasi sebelumnya. Pemerintah Korea menanggung biaya pemeliharaan dan perawatan selama para penghuni mempertahankan bentuk rumah tradisional. CCTV pun terpasang di berbagai sudut. Di beberapa titik, terdapat spanduk yang isinya adalah agar para pengunjung tidak berisik dan tidak ribut saat pagi dan malam hari. Para penduduk butuh ketenangan. Iya juga sih ya.. siapa sih yang mau lingkungan rumahnya berisik??

jalanan yang dicari
Karena masih pagi, belum banyak hanok yang mengadakan acara dan kegiatan. Akhirnya, aku hanya berkeliling dan berfoto. Tips buat yang mau main dan berkeliling di Bukchon Hanok Village, perlu siapin fisik dan stamina yah, karena kontur wilayahnya berbukit-bukit, jadi saat kesana sudah gak kaget menghadapi jalanan menanjak dan menurun, serta tangga-tangga yang curam. Sempet kecewa waktu tau ternyata lokasinya itu perumahan, terus jalanannya nanjak curam. Beda banget sama yang foto yang ada di situs KTO. Eh, ternyata aku masuknya dari jalan yang lain sehingga jalan yang ada di foto-foto itu gak terlihat. Semakin naik ke atas, pemandangannya semakin keren sebenarnya. Tapi, karena aku sudah gak kuat nanjak, akhirnya kegiatan keliling hanok village terpaksa berakhir saat aku sudah menemukan area sesuai yang ada di foto.

Tujuan selanjutnya adalah Insa-dong, yang konon katanya daerah paling 'nyeni' karena jadi tempat bertemunya seni tradisional dan modern. Di promosinya, sih, berjejer galeri seni di kiri-kanan jalannya. Insa-dong ini juga merupakan rekomendasi salah seorang rekan yang bilang kalau beruntung, katanya sih, bisa ketemu artis idola yang lagi jalan-jalan di area ini. Aah, jadi mengkhayal tiba-tiba berpapasan sama G-Dragon atau member Bigbang lainnya pas beli tteokpokki di Insa-dong. Hahaha..

tourist guide
Katanya, sih, ke Insa-dong gak jauh dari Bukchon Hanok Village. Cukup berjalan sekitar 10 menit. Nyatanya, setelah 10 menit, lokasi yang dituju tidak kunjung terlihat. Beruntungnya, saat aku dan rekanku kebingungan, ada Oppa dan Eonni yang ditugaskan oleh dinas pariwisata korea untuk membantu pengunjung sepertiku yang mudah tersesat (di negara sendiri aja sering nyasar, apalagi di negara lain).

Mereka tersebar di lokasi-lokasi strategis, seperti di persimpangan jalan. Seragamnya berwarna merah mencolok, jadi mudah sekali ditemukan. Penjelasannya pun mudah sekali untuk dimengerti. Bisa jadi masukan bagi dinas pariwisata di Indonesia untuk menerapkan hal yang sama. Keuntungannya, banyak lho. Apalagi, menurutku Indonesia itu lebih indah dan lebih variatif destinasi wisatanya. Ada pegunungan, laut, danau, lembah, sawah, yah.. sebutin semua, pasti ada di Indonesia. Yang kurang tinggal pengelolaan secara terpusat dan terstruktur dari pemerintah. Daaan, semoga pemerintah dapat bekerjasama dengan maskapai penerbangan untuk merealisasikan penerbangan murah ke seluruh pelosok nusantara, sehingga bagi pejalan kere macam aku ini, dapat berkunjung ke daerah timur Indonesia tanpa perlu khawatir mahalnya biaya transportasi menuju kesana. Jadi, ke Raja Ampat atau Wakatobi bisa semudah ke Bandung atau Jogja. Dari PT Pelni sendiri, sebenarnya sudah menyediakan tur yang dinamakan Pelni Tour dengan harga 'cukup' murah, yaitu sekitar 2.5 juta untuk tiga hari dua malam, tapi titik berkumpulnya di Sorong. Yaah... biaya tiket pesawat ke Sorongnya aja udah mahal. Mau ngandelin maskapai singa yang murah tapi terkenal dengan jam karetnya? Huft.. *malah curhat*

tteokpokki pedas dan odeng
Perjalanan dari Bukchon ke Insa-dong sekitar 20 menit berjalan kaki santai. Di kiri dan kanan jalan terdapat beragam toko, mulai dari toko aksesoris rambut yang imut, toko pakaian, galeri seni, toserba.. Sebenarnya aku kurang fokus, karena sejak dari Bukchon, aku butuh ke toilet. Namun, di sepanjang jalan, aku tidak menemukan toilet umum. Saat otakku rasanya sudah berkabut, di depanku terlihat toko tteokpokki. Ini yang aku cari. Tokonya cukup ramai, dan penjualnya, yaitu para Ahjumma sibuk melayani pembeli. Aku, yang memang sangat ingin ke toilet, akhirnya meminta izin ke Ahjumma untuk menggunakan toiletnya. Mungkin karena melihat wajahku yang sudah panik, dia pun langsung menuntunku ke toilet yang berada di belakang toko tanpa menjawab pertanyaanku. Selesai menuntaskan urusan di toilet, dunia terlihat terang dan indah sekali. Setelah mengucap terima kasih, aku langsung memesan seporsi tteokpokki dan odeng. Apalah jadinya kalau aku gak ketemu toko ini dikala 'kritis-darurat'.

toko tteokpokki bonus turis taiwan yang jadi model ^^
Insa-dong street
Kenyang makan, aku melanjutkan perjalanan ke Insa-dong ditemani rintik gerimis musim semi. Patokannya menuju Insa-dong adalah gereja yang ada di ujung jalan. Dari sana, Insa-dong sudah terlihat jelas. Walaupun saat aku sampai Insa-dong, suasana gak terlalu ramai karena cuaca yang mendung dan kurang bersahabat untuk berjalan-jalan. Angin pun bertiup kencang membawa hawa dingin yang membuat tubuh menggigil. Sangat tidak cocok untuk berjalan-jalan sendiri tanpa pasangan keliling Insa-dong.

Mino Oppa dan Young Dongsaeng
Ketika melewati jajaran toko kue, sepasang penjual berteriak-teriak heboh mengucapkan "Apa kabar?" "Mari datang kesini" ke arahku menggunakan bahasa Indonesia. Refleks, aku pun menoleh ke sumber suara. Terlihat duo penjual kue tradisional korea yang menggunakan baju putih ala chef tersenyum lebar ke arahku. Senyuman mereka menghangatkan hatiku.


Karena penasaran, aku pun mendekat ke arah mereka. Yang satu kurus, yang satu gempal. Dua-duanya punya senyum yang ramah khas penjual. Kue yang mereka buat adalah Kkul tarae, kue yang mirip kepompong dengan isian kacang-kacangan. Terbuat dari fermentasi madu dan tepung jagung. Seperti mayoritas pengunjung Insa-dong, aku pun terpikat dengan atraksi mereka membuat kkul tarae.

gomawo ^^
Setelah mereka selesai mendemokan cara pembuatannya, aku pun gemas untuk berkenalan dengan mereka. Yang pakai penutup kepala, namanya Mino, blesteran Korea-Jepang. Aku memanggilnya Mino Oppa. Satu lagi, yang imut agak gempal, namanya Young. Ternyata dia kelahiran tahun 1989, sama seperti adikku. Dia pun memintaku memanggilnya Young Dongsaeng. Hahaha.. sok imut banget. Gak seperti pengunjung lain, yang setelah menonton pertunjukan mereka langsung membubarkan diri, aku dan rekanku mengajak mereka ngobrol dan topiknya jauh sekali dari pembahasan kkul tarae. Mulai dari kpop, one piece, sejarah Insa-dong, turis asia, sampai asal usulnya Mino sama Young. Bahkan, saat tahu aku menyukai BigBang, Mino Oppa dengan ramahnya memberikan informasi kalau G-Dragon sering berjalan-jalan di Insa-dong. Selain itu, dia juga menyanyikan penggalan lagu Loser-nya BigBang.. Huaaaaaah.. *fan girling mode*.

Ada yang mau?
Menjelang malam, cuaca di Insa-dong semakin gak bersahabat. Anginnya kencang dan hujan mulai turun. Badanku pun mulai merasa dingin dan gatal. Maklum, aku alergi dingin. Jadi, sebelum seluruh tubuhku dipenuhi bentol-bentol dan jadi merah karena kedinginan, aku memutuskan untuk kembali ke hostel. Di perjanan menuju subway terdekat, mataku tertuju ke penjual hiasan dream-catcher dan kartu ucapan pop up. Bagusnyaaaa.. sayang harganya pun 'bagus'. Satu kartu dihargai 10.000 won, setara dengan seporsi octopus bibimbap di Nami Island. Glekh..

stand mamang dart balon
my own brownie ^^
Setibanya di stasiun Hongik University, hujan sudah berhenti dan angin pun tidak terlalu dingin. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di area Hongdae. Sebenarnya, sih, ada satu tempat yang sudah aku incar sejak pertama kali berkeliling Hongdae, yaitu mamang tempat games dart balon. Dengan harga 5000 won, peserta games diberikan dua puluh panah. Tugasnya cukup mudah, yaitu melempar panah ke kotak-kotak yang berisi balon. Jika ada 10 balon atau lebih yang pecah, peserta boleh membawa pulang boneka besar. Tapi jika 'hanya' mampu memecahkan 3 sampai 5 balon, peserta diberikan hadiah hiburan berupa boneka-boneka kecil yang bebas dipilih. Sejak awal, aku justru tidak mengincar hadiah utama, tapi hadiah hiburan, yaitu boneka brownie. Brownie sendiri adalah boneka anjing yang terkenal berkat skit di sebuah acara 'konser komedi' yang judulnya Madam Jeong. Nah, si brownie ini adalah guguknya Madam Jeong. Jadi, setelah aku berhasil memecahkan tiga balon, aku sengaja untuk tidak mengenai target supaya boleh membawa pulang si brownie. Hehehe..

Berikut adalah salah satu video skit "Madam Jeong":

0 comments:

Posting Komentar

Playlist