Minggu, 05 Juli 2015

Korea Day 2 : Wisata Sejarah di Royal Culture Festival


brosur Festival
Hari kedua di Seoul tanggal 9 Mei, aku dan rekanku memutuskan untuk ikut acara Royal Culture Festival yang bertema "Today We Meet The Palace". Acara ini diadakan oleh Pemerintah Korea. Festivalnya sendiri dimulai dari tanggal 2 Mei sampai dengan 10 Mei 2015. Informasi adanya festival kudapatkan dari situs KTO (Korea Tourism Organization). Dan info event-nya sendiri aku dapatkan disini. Situs itu amat sangat membantu dalam persiapan keberangkatanku ke Korea Selatan.
Dari situs KTO, aku memperoleh banyak sekali kupon diskonan dan potongan harga, salah satunya potongan diskon jika menggunakan Seoul City Tour Bus.
Kalau kita menggunakan Seoul City Tour Bus, pengunjung akan diantar langsung ke lokasi-lokasi tempat penyelenggaraan Royal Culture Festival. sebagai informasi tambahan, katanya sih, pengunjung juga akan dapat suvenir gratis. Berbekal kupon diskon dan semangat mendapatkan suvenir dari korea secara cuma-cuma, aku dan rekanku berangkat pagi-pagi dari penginapan menuju lokasi tempat city tour bus berada.

Patung Admiral Yi Sun Shin
Ternyata, bis-nya baru mulai beroperasi jam 9.00 sedangkan kami tiba di 'terminal' bus satu jam lebih awal. 'Terminal'nya sendiri hanya berupa halte bus yang berlokasi di depan Donghwa Duty Free Shop-Koreana Hotel-Chosun Ilbo. Loketnya sendiri serupa dengan kios rokok macam di Jakarta. Kecil banget. Sembari menanti bus, aku dan rekanku memutuskan untuk menyebrang dan berjalan-jalan ke arah Gwanghwamun square, dimana terdapat patung Admiral Yi Sun Shin dan patung King Sejong. Kalau malam hari kesananya, pengunjung akan disuguhi air mancur warna-warni yang memancar di depan patung Yi Sun Shin.

tribute to sewol victims
Namun, saat aku dan rekanku kesana, sedang ada kegiatan peringatan satu tahun kematian korban tenggelamnya kapal feri Sewol. Dalam musibah itu, mayoritas korbannya adalah para pelajar. Sepanjang sisi kiri-kanan terpajang beragam foto, pernah-pernik, dan pesan mengenang para korban. Hanya membaca pesan dan kesan tentang mereka saja membuatku sedih dan merinding. Aku jadi membayangkan perasaan keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan, pasti lebih sedih dan dukanya sangat mendalam. Semoga arwah mereka tenang dan damai di sisi Tuhan.

Patung King Sejong
Sejajar dengan patung Yi Sun Shin, ada patung King Sejong. King Sejong ini adalah raja ke-4 dari Dinasti Joseon Korea yang berjasa menemukan aksara Hangeul (dibaca Hangul), yaitu abjad korea yang digunakan untuk menulis bahasa Korea hingga saat ini. Kabarnya nih, Hangeul juga digunakan oleh Suku Cia-Cia (Buton Selatan) di Sulawesi Tenggara untuk menuliskan bahasa sukunya, yaitu bahasa Cia-Cia. Wooow..

 Puas foto-foto di depan patung King Sejong, aku dan rekanku memutuskan kembali ke 'terminal' city tour bus. Dari kejauhan, sudah tampak deretan bus warna merah yang parkir di dekat loketnya. Di loket, aku menunjukkan bukti kupon potongan harga dan kertas survey (sesuai instruksi yang diperoleh dari situs). Setelah para penjaga loket berdiskusi beberapa saat, akhirnya diberikanlah potongan harga sebanyak 33%, dari yang awalnya 12000 won/orang, hanya membayar 8000 won/orang. Yeaaay.. Berhasil!!

Tiket terusan masuk istana
di Daehanmun Gate
Busnya nyaman. Aku dan rekanku memilih lokasi tur sesuai dengan rute bus agar mudah bikin check listnya. Tujuan pertama adalah Deoksugung Palace. Saat tiba, ternyata lokasinya masih sepi dan para relawan festival masih sibuk persiapan. Sebelum masuk istana, pengunjung wajib membeli tiket masuk. Harga tiket masuk ke istana berbeda-beda. Ada pula tiket terusan, yaitu dengan membayar sejumlah 10000 won, pengunjung dapat mengunjungi beberapa istana dan situs sejarah menggunakan tiket tersebut.

Junghwajeon, throne hall of the palace
Setelah dihitung-hitung (karena rencananya semua istana dan situs sejarah di Seoul akan dikunjungi), ternyata lebih murah membeli tiket terusan. Aku dan rekanku membeli tiket terusan di loket Deoksugung Palace. Belinya gak harus disitu, bisa di loket istana lain yang termasuk ke dalam tiket terusan itu (Hangdeokgung Palace, Changgyeonggung Palace, Deoksugung Palace, Gyeongbokgung Palace, dan Jongmyo Shrine). Masa berlaku tiket terusan adalah satu bulan sejak tanggal pembelian.

Seokjejon Hall
Jam matahari
di depan Seokjejon Hall
Awalnya, Deoksugung Palace bukanlah sebuah istana. Akibat invasi Jepang tahun 1592, raja dievakuasi dan semua istana di Korea rusak parah. Ketika raja kembali ke Seoul, dibuatlah istana sementara, yang dipilih dari rumah keluarga kerajaan. Nah, istana sementara itu akhirnya dinamakan Deoksugung. Selama proses pengembangannya, di dalam istana Deoksugung dibuat bangunan modern seperti Seokjejon Hall.  Salah satu bangunan bersejarah yang ada di Deoksugung Palace adalah Junghwajeon Hall, yaitu aula utama yang digunakan untuk urusan negara seperti penobatan raja baru, pertemuan para pejabat, maupun penerimaan utusan asing. Yang membedakan Junghwajeon dengan aula di istana lainnya adalah adanya dua patung naga yang terukir di panel batu di tengah-tengah tangga menuju aula. Saat ini, Junghwajeon terdaftar sebagai National Treasure Korea. Di dalam Deoksugung Palace ada bangunan modern bergaya barat, yaitu Seokjejon Hall. Seokjejon Hall masih sering digunakan untuk beragam kegiatan. Waktu aku kesana, Seokjejon Hall dipakai untuk pameran lukisan salah seorang pelukis Korea.

keran air minum
Yang paling aku suka di Korea adalah banyaknya tempat air minum gratis di area umum. Pengunjung gak perlu takut kehausan atau mahalnya beli air mineral kalau main ke Korea. Cukup bawa botol minum atau tumbler, Biasanya, di tempat air minum ini ada keterangan bisa untuk diminum kok, jadi gak perlu khawatir. Rasanya pun dingin dan segar.

Kalau di Deoksugung ini, keran air minumnya ada di dalam hutan kecil dekat Seokjejon Hall. Saat aku selesai mengisi ulang botol minum, ada air yang menggenang di dekat keran. Gak lama, burung-burung di hutan itu turun ke keran dan ikutan minum dari air yang menggenang sisa aku mengisi botol. Lucu banget.. Khawatir soal higienis atau nggaknya? Yah, lillahi ta'ala deh. Aku sih, yang penting rasa airnya masih dalam batas toleran dan gak berefek apapun ke tubuhku. Lagipula dulu udah pernah minum air cacing dan baik-baik aja aku lebih takut mengalami dehidrasi daripada khawatir tentang higienis atau nggaknya.
Porsi sarapanku

Binggrae Milk
Melon, Plain, Stroberi, Pisang
Karena di Deoksugung Palace masih sepi dan kegiatan baru akan dimulai jam 2 siang, aku dan rekanku memutuskan untuk melanjutkan ke destinasi selanjutnya. Keluar dari istana, perutku terasa lapar banget. Restoran fast food terdekat langsung menjadi tujuan utama. Sementara aku menghabiskan sarapanku yang menurutku cukup mengenyangkan sampai waktu makan siang, rekanku hanya minum susu. Atas rekomendasi rekan-rekan sesama pecinta drama korea, susu pisang adalah minuman populer yang wajib dicoba kalau
berkunjung ke Korea. Untuk merk Binggrae sendiri, aku dan rekanku menemukan ada 4 rasa, yaitu: melon, plain, stroberi, dan pisang. Ternyata rasanya memang enak dan gak bikin eneg.

Deoksugung Palace Guard
Selesai sarapan, ternyata ada kegiatan pergantian penjaga dan mencoba hanbok gratis di depan Daehanmun, Deoksugung Palace. Satu hal yang menarik perhatianku adalah, ketua penjaganya ganteng dan ramah. Jadilah aku memberanikan diri untuk berfoto dengannya.

Seremonial pergantian penjaga biasanya berlangsung selama 20 menit. Waktu zaman Dinasti Joseon, penjaga kerajaan bertanggung jawab untuk membuka dan menutup pintu gerbang istana serta patroli di sekitar area gerbang. Untuk prosedur upacara dan kostum penjaga direproduksi ulang dengan bantuan penelitian sejarah. Jadi, yang aku ajak berfoto itu adalah salah satu aktor pemeran ketua penjaga, bukan penjaga aslinya. Setelah upacara, pengunjung dapat berfoto dengan para penjaga kerajaan dan memiliki kesempatan untuk mencoba seragam penjaga, serta untuk mencoba gaun tradisional Korea lainnya yang berada di booth depan Daehanmun.

The War Memorial of Korea
Dari Deoksugung Palace, aku berniat ke Changgyeonggung Palace. Namun, karena aku salah mendengar informasi dari pak supir bus, turunlah aku di halte The War Memorial of Korea. Setelah turun dari bus, aku baru sadar kalau ternyata salah turun. Kepalang tanggung, akhirnya aku mengikuti rombongan keluarga yang mau menuju museum war memorial of Korea. Tempatnya cukup jauh dari halte bus, jadi pengunjung harus menyebrang dan jalan kaki sekitar 300 meter untuk mencapai lokasi dimaksud. Di area parkirnya, banyak bus bertuliskan DMZ tour. Karena kita berpikir kalau ikut DMZ tour pasti ke lokasi ini, jadi aku dan rekanku gak terlalu menjelajah museum. Sementara aku mengambil foto dan mengamati para wamil ganteng (banyak wamil di area ini) merokok, rekanku menuntaskan urusannya di toilet. Jadi, kepentinganku dan rekanku di War Memorial of Korea hanyalah flirting ke Oppa yang ikut wamil dan toilet. Hahaha..

Aksi teatrikal di istana Changgyeonggung
Di Changgyeonggung Palace, kegiatan festival yang sedang berlangsung adalah live show kehidupan di istana sehari-hari. Semuanya diperankan oleh para aktor teater terpilih.Sejarahnya sendiri, istana ini dibangun oleh Raja Seongjong (raja kesembilan Dinasti Joseon) untuk mengurus istri raja-raja sebelumnya. Dibandingkan dengan istana lainnya, ukuran istana terbilang sederhana. Changgyeonggung Palace juga terhubung dengan Changdeokgung Palace. Jadi, untuk ke istana Changdeokgung Palace bisa dengan berjalan kaki.

Seusai menonton aksi teatrikal, aku dan rekanku beranjak ke Gyeongbokgung Palace menggunakan city tour bus. Karena malas mencari restoran, aku dan rekanku beli makan siang di GS25, toko retail semacam sevel. Pilihan jatuh kepada susu pisang (lagiiii) dan onigiri isi tuna. Enak dan murah meriah karena dengan 2000 won sudah kenyang.

Ternyata, lokasi Gyeongbokgung Palace berdekatan dengan beberapa atraksi wisata macam National Folk Museum of Korea dan National Museum of Modern and Contemporary Art Seoul. Jadi, akhirnya mampir dulu deh ke museum. Di national folk museum of Korea, ada taman kecil yang tidak terlalu ramai dilewati orang-orang. Aku dan rekanku pun memutuskan untuk solat disana. Salutnya, beberapa pengunjung museum yang melewati kami terlihat penasaran dengan apa yang kami lakukan, tapi mereka tidak mengganggu. Dari museum, ada jalan penghubung ke istana Gyeongbokgung. Setibanya kami disana, ternyata kegiatan festival sudah selesai. Padahal banyak booth seru semacam memanah dan mencoba hanbok, dan semuanya gratis. Yeaah.. Aku harus puas hanya dengan berfoto di depan Gwanghwamun gate.

Tujuan selanjutnya adalah Jongmyo Shrine. Jongmyo Shrine ini adalah salah satu warisan dunia yang diakui UNESCO. Wajid deh dikunjungi. Info yang kudapatkan dari Eonni yang berada di information center, untuk ke Jongmyo Shrine bisa dicapai menggunakan subway. Aku dan rekanku pun beranjak menuju stasiun subway yang berada di dalam Gyeongbokgung Palace. Untuk ke Jongmyo Shrine, bisa turun di stasiun Jongno-3 (sam)-ga exit 8 dan perlu berjalan sekitar 10 menit untuk tiba di lokasi. Sepanjang perjalanan, ada merasa ada hal yang sedikit aneh. Kalau biasanya lokasi tujuan turis itu ramai oleh pengunjung, di lokasi ini kok kelihatan sepi dan tidak terlihat pengunjung lain. Semakin mendekati tujuan, semakin sepi. Toko-toko di kiri-kanan jalan sudah tutup dan tidak terlihat adanya information center.  Saat tiba di depan gerbang Jongmyo Shrine, barulah terjawab rasa penasaranku. Waktu kunjungan sudah ditutup!! Aku tiba disana sekitar pukul 17.30, dan gerbang ditutup sekitar pukul 17.00. Huhuhu, nasib deh.. Belum berjodoh dengan Jongmyo Shrine yang kabarnya salah satu warisan dunia-nya UNESCO.
Binggrae Banana Milk
yang super enak
Aku dan rekanku akhirnya sepakat mengakhiri kunjungan ke istana-istana dan mencari tempat untuk makan malam. Karena aku masih penasaran dengan pembagian sampel kosmetik gratis street food di Myeongdong, diputuskanlah lokasi makan malam di hari kedua adalah Myeongdong. Sampai Myeongdong, bukannya membeli makan malam, aku malah asik keluar masuk toko kosmetik karena di setiap toko yang dilewati, tanganku selalu ditarik pramuniaganya dan dijejali sampel kosmetik gratis. Berbekal pengalaman di hari sebelumnya, aku langsung bilang tidak akan membeli produk dan hanya lihat-lihat saja. Setelah itu, pramuniaganya pun pergi untuk menjaring calon konsumen lain. Sampelnya? Diambil lagi laaah sama si pramuniaga. Terus makan malamnya? Sisa onigiri dan susu melon yang kubeli di dekat Gyeongbokgung Palace. Hahahaha..

0 comments:

Posting Komentar

Playlist