Hingga saat ini, semenanjung Korea terbagi menjadi dua negara, yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. Hubungan politik diantara kedua negara pun kurang harmonis dikarenakan perbedaan ideologi yang dianut. Oleh karena itu, perbatasan antara kedua negara ini dijaga ketat oleh militer masing-masing. Lokasi perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara memiliki pemandangan yang indah dan dipergunakan sebagai suaka margasatwa bagi hewan-hewan yang dilindungi. Kabarnya, lokasi perbatasan tersebut dapat dikunjungi oleh turis.
Membayangkan bakal ke lokasi yang berpotensi terjadi konflik tiba-tiba, aku deg-degaaan. Walaupun ada zona yang lebih dekat lagi ke Korea Utara, yaitu JSA/Panmunjeom, aku tetap saja deg-degan. Salah seorang rekanku, yang berprofesi sebagai guru sejarah, pernah bilang kalau di JSA/Panmunjeom itu tempat kopdarnya Korsel dan Korut sembari menyeruput kopi. Hahaha.. Biarpun judulnya kopdar, tapi tetap saja kan, kondisinya bisa berubah 180 derajat.
|
ID Card peserta tur |
Berdasarkan keterangan Mary, bus DMZ akan menjemput di depan hostel pukul 8 pagi. Namun, bus baru sampai depan hostel pukul 8.30. Beruntung, aku menunggu bus sembari sarapan donat dan menikmati wifi gratis yang disediakan gerai donat jadi gak terlalu bosan. Ketika masuk ke dalam bus, bangku sudah hampir penuh. Hanya tersisa dua bangku saja dan itu pun di deretan paling depan. Ternyata, banyak juga yang mengikuti tur DMZ. Dari seluruh penumpang, yang berwajah asia hanya beberapa orang dan yang berwajah melayu? hanya aku dan rekanku saja. Tour guide-nya cantik dan baik banget. Setiap orang diberikan ID-Card yang bertuliskan namanya, supaya kalau tersesat tinggal tunjukin si ID-Card ini ke information center.
Oh iya, ternyata di Korea Selatan itu, setiap kendaraan masuk tol, semua penumpang wajib menggunakan seat belt, walaupun kita berada di dalam bus. Jadi, setiap tempat duduk di bus sudah disetting ada seat belt-nya macam di pesawat. Biasa kalau mudik ke Jogja naik bus tanpa seat belt, makanya pas pertama kali diminta pasang seat belt, aku terlihat
kampungan antusias.
|
Imjingak Park |
Tujuan pertama adalah
Imjingak Park. Imjingak Park merupakan garda terdepan yang harus dilalui jika ingin melakukan kunjungan tur DMZ maupun tur JSA/Panmunjeom. Wisatawan yang ingin mengunjungi area tersebut harus membeli tiket dan membuat reservasi di loket yang berada di Imjingak Park. Bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi area Dorasan Observatory dan 3rd (third)-tunnel, saat reservasi wajib membawa paspor.
|
Bridge of Freedom |
Di Imjingak Park ini, sebenarnya ada shuttle bus yang akan mengantar wisatawan ke 3rd (third)-tunnel, Dorasan Observatory, Mt. Dorasan dan Unification Park. Pemandu tur pada shuttle bus ini adalah tentara wamil. Namun, panduan tersebut menggunakan bahasa korea. Sehingga, wisatawan asing yang membutuhkan panduan berbahasa Inggris, harus menggunakan agen perjalanan. Jadi, pilihanku sudah tepat dengan menggunakan paket tur yang direkomendasikan oleh Mary.
|
maket lokasi third tunnel |
Dari Imjingak Park, bus membawaku ke area DMZ. Makin deg-degan tapi juga antusias. Hal ini dikarenakan aku pertama kalinya berkunjung ke daerah perbatasan negara yang berkonflik. Saat mendekati area DMZ, bus berhenti di pos penjagaan untuk security check, kemudian dua orang tentara wamil masuk bus untuk mengecek paspor wisatawan satu persatu. Selesai pengecekan, bus dipersilakan melanjutkan perjalanan. Tur guide kami selalu berpesan agar tidak mengambil foto ke arah Korea Utara, dan tidak boleh mengambil foto di area terlarang.
|
penjelasan third tunnel |
Area
DMZ menjadi satu dengan area third tunnel. Di area ini, pengambilan foto sangat dibatasi. Wisatawan yang membawa tas harus menitipkan tasnya di loker. Benda yang boleh dibawa hanya botol air mineral saja. Sebelum menuruni lorong gua, tur guide menjelaskan bahwa wisatawan yang memiliki klaustrofobia (takut di ruang sempit) dan memiliki riwayat penyakit jantung tidak disarankan untuk ikut, karena area lorong gua sempit.
|
area bebas foto |
Selain itu, saat menuruni lorong gua akan terasa mudah, namun ketika naik kembali ke permukaan, akan terasa berat karena posisinya semakin menanjak. Di dalam lorong gua terdapat sumber mata air yang dapat digunakan untuk mengisi botol air mineral. Semakin masuk ke dalam gua, udaranya semakin dingin dan lorongnya semakin menyempit. Wisatawan yang memasuki lorong gua dibekali
safety helmet untuk melindungi kepala dari benturan dengan atap gua. Hal ini disebabkan kontur atap gua yang tidak rata dan cenderung rendah. Pengunjung harus lebih sering menundukkan kepala agar tidak terbentur atap gua.
Pasangan orang Kanada yang berjalan di depanku terlihat kesusahan untuk menundukkan kepala karena badan mereka yang tinggi. Kepala sang suami berkali-kali terbentur atap gua, padahal dia sudah menunduk. Aku sendiri, selama proses menuruni gua, terbentur lebih dari sepuluh kali dengan suara keras. Beruntungnya aku pakai helm yang benar-benar pas dengan kepalaku, jadi bunyi kerasnya berasal dari benturan antara helm dengan atap gua.
Keluar dari lorong gua, peserta tur diberikan waktu selama dua puluh menit untuk membeli cinderamata dan berfoto di area yang telah diizinkan. Tepat di seberang bangunan third tunnel, ada map besar yang menjelaskan peta wisata daerah Paju.
Selesai foto-foto, peserta tur diajak menuju
Dorasan Observatory. Di tempat ini, wisatawan dapat melihat Korea Utara di kejauhan. Slogan yang ada di menara pandang adalah "End of Separation, Beginning of Unification".
|
Selain sebagai menara pandang,
tempat ini juga menjadi suaka alam bagi flora dan fauna di Korsel |
|
dorasan station |
Tujuan selanjutnya adalah Dorasan Station, yaitu stasiun kereta api yang difungsikan sebagai trans-korea railway. Jika nantinya Korea Utara dan Korea Selatan bergabung menjadi satu negara, stasiun ini dapat menuju langsung ke Korea Utara. Bahkan, blue print-nya menunjukkan kalau stasiun ini juga terkoneksi ke jaringan kereta hingga Tiongkok dan Eropa. Wuiiiih.... jalur kereta di Tiongkok saja sudah panjang. Apalagi kalau nantinya ditambah dengan area Korea juga..
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 dan rangkaian tur DMZ diakhiri dengan mengunjungi toko ginseng (bagian dari program tur, yah.. macam tur ke toko permata kalau di Bangkok, atau macam tur ke toko bakpia kalau naik becak di Jogja.. hehehe)
|
cheonggyecheon stream sore hari |
Setengah hari lanjutannya, untuk meredakan ketegangan akibat berkunjung ke daerah perbatasan, aku memutuskan untuk rileks dan berjalan-jalan di area dongdaemun. Mulai dari berfoto di depan bangunan
Dongdaemun Design Plaza yang unik sembari mencari bendera Indonesia hingga menghabiskan sesorean main air di
Cheonggyecheon Stream.
|
satu-satunya pohon sakura
yang masih bersemu |
Pulangnya, aku
kekeuh mau melihat sakura yang katanya masih ada di
Yeouido Park. Kesanalah aku menuju. Sesampainya di Yeouido Park, yang dijumpai hanya barisan pohon yang daunnya marak bertunas. Saat akhirnya mau menyerah, samar-samar tercium wangi bunga yang berasal dari sebuah pohon di dekat toilet umum (yeaah.. bukan bau toilet sih). Saat rekanku mendongakkan kepalanya, ternyata itu adalah sakura terakhir yang masih bersemi (horeee... masih berjodoh sama sakura).
|
tangga KBS yang legendaris |
Setelah mengelilingi Yeouido Park, aku mengetahui kalau diseberangnya adalah gedung KBS, salah satu stasiun penyiaran terbesar di Korea Selatan. Saking seringnya aku menonton variety show buatan KBS, yaitu
2 Days & 1 Night yang seringkali syuting di tangga depan gedung KBS, aku terobsesi untuk berfoto di depan gedung itu. Sayangnya, lagi gak ada syuting di tangga legendaris itu (padahal ngarepnya ada syuting drama Producer yang memang lokasinya di gedung KBS). Setelah meminta izin satpam baik hati, akhirnya obsesiku bisa terealisasi dengan baik.
|
pintu masuk ke KBS Radio |
Perjalanan keliling hari ketiga di Korea Selatan ditutup dengan sesi keliling kompleks perkantoran KBS yang luas banget demi mencari Kedubes RI yang katanya terletak berdekatan dengan gedung KBS. Daaan.. gedung KBS yang dimaksud adalah gedung KBS di area lain yang jaraknya dua stasiun subway.. Huhuhuhu...
0 comments:
Posting Komentar